Latar Belakang: Prevalensi penyakit tidak menular seperti stroke berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018 meningkat dibandingkan tahun 2013, prevelensi stroke dari 7%
naik menjadi 10,9%. Secara nasional, prevelensi stroke di Indonesia tahun 2018
berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur lebih dari 15 tahun sebesar 10,9%,
atau diperkirakan sebanyak 2,120,362 orang. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87%
kematian dan disabilitas akibat stroke. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah,
sehingga terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. Stroke dibagi menjadi 2
jenis, yaitu stroke hemoragik dan iskemik. Klien dengan stroke akan mengalami
gangguan-gangguan yang bersifat fungsional. Gangguan mobilitas fisik adalah
keterbatasan dalam melakukan pergerakan satu ekstremitas atau lebih (PPNI, 2016).
Salah satu bentuk program rehabilitasi yang sering digunakan adalah latihan rentang
gerak atau Range of Motion (ROM). Range Of Motion (ROM) adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas. Tujuan: Memperoleh gambaran
kajian literatur tentang terapi Range Of Motion (ROM) dalam meningkatkan kekuatan
otot dengan gangguan mobilitas fisik pada pasien pasca stroke non hemoragik dengan
menemukan perbedaan dan persamaan serta gaps dari sumber-sumber literatur yang
dipilih. Metode: Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan literature review.
Sumber literatur yang digunakan yaitu 10 jurnal penelitian tahun 2011-2021 dan bukubuku
yang
relevan
terhadap
dengan
topik
kajian.
Penulis
melakukan
kajian
literature

review
menggunakan
matriks
sintetis
serta
menyimpulkan
persamaan
dan
perbedaan

dari

jurnal terhadap buku teks. Hasil : Hasil kajian literatur review menjelaskan
adanya pengaruh prosedur terapi Range Of Motion (ROM) terhadap peningkatan
kekuatan otot pada pasien pasca stroke.
Kata kunci: Stroke non hemoragik, Gangguan mobilitas fisik, Range Of Motion
(ROM)

TA-00350

Tersedia